Jumat, 08 Februari 2013

Kesehatan Jiwa dan Badan


Kalau jiwa sehat, dengan sendirinya memancarlah bayangan kesehatan itu kepada mata, dari sana memancar Nur yang gemilang. Timbul dari sukma yang tiada sakit. Demikian juga kesehatan badan, membukakan fikiran, mencerdaskan akal, menyebabkan juga kebersihan jiwa. Kalau jiwa sakit, misalnya ditimpa penyakit marah, penyakit duka, penyakit kesal, terus dia membayang kepada badan kasar, tiba di mata merah, tiba di tubuh gemetar.
Dan kalau badan ditimpa sakit jiwa pun turut merasakan, fikiran tidak berjalan lagi, akal pun tumpul. Karena itu hendaklah dijaga sebab-sebab penyakit dan biasakan beberapa pekerjaan yang dapat memelihara kesehatan. Jika jiwa yang utama, tentulah kehendaknya utama pula, mencari ilmu dan hikmat dan segala jalan untuk menjaga kebersihan diri. Supaya tercapai maksud yang demikian perlu diperhatikan 5 (lima) perkara:
1.    Bergaul dengan orang-orang budiman
2.    Membiasakan pekerjaan berfikir
3.    Menahan syahwat dan marah
4.    Bekerja dengan teratur
5.    Memeriksa cacat-cacat diri sendiri.



Bergaul dengan Orang Budiman
Pergaulan mempengaruhi otak. Pergaulan membentuk kepercayaan dan keyakinan. Oleh karena itu maka, untuk kebersihan jiwa, hendaklah bergaul dengan orang-orang yang berbudi, orang yang dapat kita kutip manfaat daripadanya. Jangan bergaul dengan orang yang durjana, yang banyak omong-kosong, yang banyak gurau tak berfaedah, yang selalu membanggakan kehahatan. Melainkan jika pada satu ketika terpaksa bercampur dengan golongan itu, hendaklah membuat isyarat yang bisa difahami mereka, bahwa kita tidak setuju dengan perbuatan dan kelakuan mereka. Karena biasanya, kotoran budi mereka yang kita saksikan itu bisa melekat kepada kita, amat susah buat membasuhnya sekaligus. Bahkan kadang-kadang orang yang utama bisa tertarik oleh orang yang tidak utama, apalagi kalau keutamaan baru saduran,belum lekat sampai ke sanubari.
Orang-orang yang utama dan hendak menjadi budi-pekerti, terikat oleh budinya. Dia merasa berat mengerjakan kesehatan karena menyalahi keutamaan. Kebahagian pergaulan tidak akan terdapat jika tidak dengan kesanggupan menerima dan memberi. Jangan hanya berani memberi nasehat, tetapi berat menerima nasehat. Jangan hanya mempelajari, tetapi berat mengerjakan. Tidak juga salahnya, jika kadang-kadang pergaulan itu dimanis-maniskan dengan sendagurau yang tidak melampaui batas. Boleh mencari kesenangan yang tidak dilarang agama dan kesucian kemanusiaan. Jangan melebihi, karena melebihi merugikan jangan mengurangi, karena mengurangi sia-sia. Kalau gurau lebih dari mesti, perkataan mesti terlantur ke luar batas kesopanan. Bahaya yang besar, bila kelak memperkatakan perkara penting, dan yang kurang penting menjadi sangat penting. Tetapi kalau majelis itu tidak sedikit juga dicampuri keriangan, otak akan menjadi berat berfikir. Barang yang dapat diurus cepat, karena sudah biasa dibesar-besarkan, diberat-beratkan dapat pula mengorbankan waktu.



Membiasakan Pekerjaan Berfikir
Untuk menjaga kesehatan jiwa, dengan pengasahan otak setiap hari, walau latihan yag sekecil-kecil sekalipun. Kaaena bila otak dibiarkan menganggur berfikir, bisa pula ditimpa sakit, menjadi bingung. Tiap-tiap hari otak mesti diperbaharui, kalau otak malas berfikir, kita menjadi dungu. Tumbuhnya pak turut adalah karena malas berfikur. Itulah mati di dalam hidup. Haruslah diajar kekuatan berfikir sejak keil. Karena orang yang kuat berfikirlah yang dapat menghasilka hikmat. Jika besar kelak dia akan menjadi bintang purgaulan yang gemerlapan, menjadi garam yang tanpa dia. Sambal masyarakat tidak ada rasanya.
Filir berdekat dengan pengalaman. Seorang pemikir yang berpengalaman, bisa mengambil kesimpulan suatu perkara dengan segera, sedang orang lain memandang perkara itu besar dan sulit. Sebab dari fikirannya dan pengalamannya. Dia sudah biasa menjalankan manthiknya. Kalau perkara ini asalnya begitu, tentu akibatnya begini. Dan perjalanan Sunnatullah ini tidaklah akan salah.yang kerapkalli salah ialah jalan berfikir.
Setelah dia menjadi ahli fikir dan berpengalaman, tambah berseri jika dia berilmu. Laksana seorang yang muempunyai sebuah keris pusaka yang tajam. Senantiasa diasah dan digosoknya. Kalau keris itu disimpan saja, tidak diasah, digosok, akan berkarat walaupun dahulu kala dia bertuah, sebab tuah semasa tajammnya.



Menjaga Syahwat dan Kemarahan
Supaya bathin sehat, hendaklah dikungkung jangan sampai terpengaruh oleh kekuatan syahwat dan marah. Kadang-kadang angan manusia menerawang ke dunia syahwat. Syahwat itu menimbulkan rindu-nya, jika rindu telah timbullah daya –upaya menyembah.
Orang berakal tidak akan membangkitkan angan nafsunya, tidak mencari dan mengorek yang akan menimbulkan marah. Melainkan dibiarkannya syahwat dan nafsunya tinggal tenteram. Digunakan-nya syahwat dan marah itu bukan untuk menyerang tetapi untuk mempertahankan diri.
Karena syahwat dan marah tidak ada pada manusia, niscaya mereka tidak pula selamat dalam hidupnya, yang tidak bersyahwat dan tidak berperasaan marah, akan ditindas oleh orang yang berperasaan marah. Gunanya pada diri manusia, ialah penjaga keselamatannya, bukan untuk pengganggu dan penyerang keselamatan orang lain.
Supaya nafsu (bathin) terpelihara, hendaklah orang berjuang menyingkirkan perangai rendah. Biasakan tidak menyetujui jika orang lain mengerjakannya, biasakan membentuk diri di dalam keutamaan. Yang paling berbahaya buat kesehatan rohani ialah memandang murah kejahatan yang kecil.karena perkara kecil itu menjadi pintu buat yang lebih besar. Kalau dari kecil sudah biasa menjaga peragai dan lidah dari tutur kata yang tiada karuan, kelak akan terbiasalah mengerjakan pekerjaan itu dimana saja.



Bekerja dengan Teratur
Sebelum masuk kepada pekerjaan hendaklah timbang dahulu manfaat dan mudharatnya. Melarat pekerjaan yang tidak dimulai degan pertimbangan, menghabiskan masa dan umur. Hasilnya tidak ada kecuali sebuah saja, yaitu pekerjaan yang terbengkalai dan tidak langsung itu dapat menjadi pengalaman dan perbandingan pada yang kedua kali. Tetapi seorang akil budiman, tidak akan tiga kali mengerjakan degan tidak memakai pertimbangan.
Buatlah di dalam diri suatu pemerintahan mempunyai rencana dan aturan langkah dan tujuan. Adakan undang dan adakan hukuman. Hukumlah bathin jika dia menyalahi undang-undang yang telah ditentukan akal itu.



Memeriksa Aib Diri Sendiri
Tiap-tiap orang takut cacat dirinya. Disini nyata bahwa manusia tidak ingin kerendahan. Semua suka kemuliaan. Tetapi jarang orang yang tahu akan aibnya, dan tidak tahu akan aib diri, adalah aib yang sebesar-besarnya.
Janganlah tertawa melihat orang jatuh, karena jaranglah jatuh yang disengaja , padahal dia sakit. Tetapi bersyukurlah kepada Tuhan, jika kita tidak jauh dalam perjalanan sesulit ini
Cahaya bathin daripada cahaya Tuhan, sebagaimana cahaya bualan mengambil dari matahari. Bila bulan terbit, maka kalahlah cahaya bintang-bintang yang banyak. Cahaya bathin yang terbit dari iman, mengalahkan cahaya bintang-bintang kecil