Kalau jiwa sehat, dengan sendirinya
memancarlah bayangan kesehatan itu kepada mata, dari sana memancar Nur yang
gemilang. Timbul dari sukma yang tiada sakit. Demikian juga kesehatan badan,
membukakan fikiran, mencerdaskan akal, menyebabkan juga kebersihan jiwa. Kalau
jiwa sakit, misalnya ditimpa penyakit marah, penyakit duka, penyakit kesal,
terus dia membayang kepada badan kasar, tiba di mata merah, tiba di tubuh
gemetar.
Dan kalau badan ditimpa sakit jiwa
pun turut merasakan, fikiran tidak berjalan lagi, akal pun tumpul. Karena itu
hendaklah dijaga sebab-sebab penyakit dan biasakan beberapa pekerjaan yang
dapat memelihara kesehatan. Jika jiwa yang utama, tentulah kehendaknya utama
pula, mencari ilmu dan hikmat dan segala jalan untuk menjaga kebersihan diri.
Supaya tercapai maksud yang demikian perlu diperhatikan 5 (lima) perkara:
1. Bergaul dengan orang-orang budiman
2. Membiasakan pekerjaan berfikir
3. Menahan syahwat dan marah
4. Bekerja dengan teratur
5. Memeriksa cacat-cacat diri sendiri.
Bergaul
dengan Orang Budiman
Pergaulan mempengaruhi otak.
Pergaulan membentuk kepercayaan dan keyakinan. Oleh karena itu maka, untuk
kebersihan jiwa, hendaklah bergaul dengan orang-orang yang berbudi, orang yang
dapat kita kutip manfaat daripadanya. Jangan bergaul dengan orang yang durjana,
yang banyak omong-kosong, yang banyak gurau tak berfaedah, yang selalu
membanggakan kehahatan. Melainkan jika pada satu ketika terpaksa bercampur
dengan golongan itu, hendaklah membuat isyarat yang bisa difahami mereka, bahwa
kita tidak setuju dengan perbuatan dan kelakuan mereka. Karena biasanya,
kotoran budi mereka yang kita saksikan itu bisa melekat kepada kita, amat susah
buat membasuhnya sekaligus. Bahkan kadang-kadang orang yang utama bisa tertarik
oleh orang yang tidak utama, apalagi kalau keutamaan baru saduran,belum lekat
sampai ke sanubari.
Orang-orang yang utama dan hendak
menjadi budi-pekerti, terikat oleh budinya. Dia merasa berat mengerjakan
kesehatan karena menyalahi keutamaan. Kebahagian pergaulan tidak akan terdapat
jika tidak dengan kesanggupan menerima dan memberi. Jangan hanya berani memberi
nasehat, tetapi berat menerima nasehat. Jangan hanya mempelajari, tetapi berat
mengerjakan. Tidak juga salahnya, jika kadang-kadang pergaulan itu dimanis-maniskan
dengan sendagurau yang tidak melampaui batas. Boleh mencari kesenangan yang
tidak dilarang agama dan kesucian kemanusiaan. Jangan melebihi, karena melebihi
merugikan jangan mengurangi, karena mengurangi sia-sia. Kalau gurau lebih dari
mesti, perkataan mesti terlantur ke luar batas kesopanan. Bahaya yang besar, bila
kelak memperkatakan perkara penting, dan yang kurang penting menjadi sangat
penting. Tetapi kalau majelis itu tidak sedikit juga dicampuri keriangan, otak
akan menjadi berat berfikir. Barang yang dapat diurus cepat, karena sudah biasa
dibesar-besarkan, diberat-beratkan dapat pula mengorbankan waktu.
Membiasakan
Pekerjaan Berfikir
Untuk
menjaga kesehatan jiwa, dengan pengasahan otak setiap hari, walau latihan yag
sekecil-kecil sekalipun. Kaaena bila otak dibiarkan menganggur berfikir, bisa
pula ditimpa sakit, menjadi bingung. Tiap-tiap hari otak mesti diperbaharui,
kalau otak malas berfikir, kita menjadi dungu. Tumbuhnya pak turut adalah
karena malas berfikur. Itulah mati di dalam hidup. Haruslah diajar kekuatan
berfikir sejak keil. Karena orang yang kuat berfikirlah yang dapat menghasilka
hikmat. Jika besar kelak dia akan menjadi bintang purgaulan yang gemerlapan,
menjadi garam yang tanpa dia. Sambal masyarakat tidak ada rasanya.
Filir
berdekat dengan pengalaman. Seorang pemikir yang berpengalaman, bisa mengambil
kesimpulan suatu perkara dengan segera, sedang orang lain memandang perkara itu
besar dan sulit. Sebab dari fikirannya dan pengalamannya. Dia sudah biasa
menjalankan manthiknya. Kalau perkara ini asalnya begitu, tentu akibatnya
begini. Dan perjalanan Sunnatullah ini tidaklah akan salah.yang kerapkalli salah
ialah jalan berfikir.
Setelah dia
menjadi ahli fikir dan berpengalaman, tambah berseri jika dia berilmu. Laksana
seorang yang muempunyai sebuah keris pusaka yang tajam. Senantiasa diasah
dan digosoknya. Kalau keris itu disimpan saja, tidak diasah, digosok, akan
berkarat walaupun dahulu kala dia bertuah, sebab tuah semasa tajammnya.
Menjaga
Syahwat dan Kemarahan
Supaya bathin sehat, hendaklah
dikungkung jangan sampai terpengaruh oleh kekuatan syahwat dan marah.
Kadang-kadang angan manusia menerawang ke dunia syahwat. Syahwat itu
menimbulkan rindu-nya, jika rindu telah timbullah daya –upaya menyembah.
Orang berakal tidak akan membangkitkan
angan nafsunya, tidak mencari dan mengorek yang akan menimbulkan marah.
Melainkan dibiarkannya syahwat dan nafsunya tinggal tenteram. Digunakan-nya
syahwat dan marah itu bukan untuk menyerang tetapi untuk mempertahankan diri.
Karena syahwat dan marah tidak ada
pada manusia, niscaya mereka tidak pula selamat dalam hidupnya, yang tidak
bersyahwat dan tidak berperasaan marah, akan ditindas oleh orang yang
berperasaan marah. Gunanya pada diri manusia, ialah penjaga keselamatannya,
bukan untuk pengganggu dan penyerang keselamatan orang lain.
Supaya nafsu (bathin) terpelihara,
hendaklah orang berjuang menyingkirkan perangai rendah. Biasakan tidak
menyetujui jika orang lain mengerjakannya, biasakan membentuk diri di dalam
keutamaan. Yang paling berbahaya buat kesehatan rohani ialah memandang murah
kejahatan yang kecil.karena perkara kecil itu menjadi pintu buat yang lebih
besar. Kalau dari kecil sudah biasa menjaga peragai dan lidah dari tutur kata
yang tiada karuan, kelak akan terbiasalah mengerjakan pekerjaan itu dimana saja.
Bekerja
dengan Teratur
Sebelum masuk kepada pekerjaan
hendaklah timbang dahulu manfaat dan mudharatnya. Melarat pekerjaan yang tidak
dimulai degan pertimbangan, menghabiskan masa dan umur. Hasilnya tidak ada
kecuali sebuah saja, yaitu pekerjaan yang terbengkalai dan tidak langsung itu
dapat menjadi pengalaman dan perbandingan pada yang kedua kali. Tetapi seorang akil
budiman, tidak akan tiga kali mengerjakan degan tidak memakai pertimbangan.
Buatlah di dalam diri suatu
pemerintahan mempunyai rencana dan aturan langkah dan tujuan. Adakan undang dan
adakan hukuman. Hukumlah bathin jika dia menyalahi undang-undang yang telah
ditentukan akal itu.
Memeriksa
Aib Diri Sendiri
Tiap-tiap orang takut cacat dirinya.
Disini nyata bahwa manusia tidak ingin kerendahan. Semua suka kemuliaan. Tetapi
jarang orang yang tahu akan aibnya, dan tidak tahu akan aib diri, adalah aib
yang sebesar-besarnya.
Janganlah tertawa melihat orang
jatuh, karena jaranglah jatuh yang disengaja , padahal dia sakit. Tetapi bersyukurlah
kepada Tuhan, jika kita tidak jauh dalam perjalanan sesulit ini
Cahaya bathin daripada cahaya Tuhan,
sebagaimana cahaya bualan mengambil dari matahari. Bila bulan terbit, maka
kalahlah cahaya bintang-bintang yang banyak. Cahaya bathin yang terbit dari
iman, mengalahkan cahaya bintang-bintang kecil